Ada sesuatu yang mengganjal tentang keberadaan sekolah.
Banyak yang kita dapatkan di sekolah, dan kita harus selalu hormat kepada guru. tapi tampaknya ada yang salah dalam sistem pendidikan kita. begitu gencar guru menakut-nakuti murid tentang perkembangan zaman dan pasar bebas. "Cuma yang mengerti teknologilah yang akan bisa bertahan,"kata mereka.
Tapi sepertinya ada ironi. Di satu sisi kita harus berkenalan dengan teknologi, di sisi lain begitu repotnya guru melarang murid nyontek. masalahnya bukan kita suka nyontek atau tidak. Nilai di kertas ujian tidak mengungkapkan kejujuran intelektualitas murid. Mungkin saja murid itu sedang punya masalah di rumah, dengan pacar, atau dia tak bisa menghafal sebab sakit.
Menurutku, bagi orang yang bisa mengerti perkembangan zaman dan bisa arif menyikapinya, nyontek itu keharusan. Tolol sekali jika kita tak memanfaatkan perpustakaan, memubazirkan kamus, tak tahu manfaat ensiklopedia dan buku-buku. apalagi sekarang dunia komputer sudah merajalela.
Atau, pelarangan nyontek itu hanya semata-mata untuk mengukuhkan status guru dan sekolah sebagai satu-satunya sumber?
Tapi bagaimana dengan penilaian?
Nilai ujian memang berguna, sekurang-kurangnya untuk satu kertas yang sekarang hampir tak berarti, ijasah. Selama hidup kita dilihat dari kertas, Undang-undang diukir di kertas, hukum disimpan pada kertas, pendidikan diukur dari kertas, dan mudah untuk diganti dengan kertas pula, uang!
Ada jarak yang sangat jauh antara sekolah dan kenyataan. Dalam kehidupan sehari-hari, yang tak bisa dicontek bukanlah rumus atau informasi yang kini disebarkan ke segala penjuru dengan kcepatan ayng mengagetkan. Yang tak bisa dicontek itu ialah kearifan. Karena, pengetahuan dan terutama kearifan pada akhirnya berbeda.
Jadi, masih pentingkah kita bersekolah?